PENGERTIAN ANTOPOLOGI MENURUT PARA AHLI
DAN ORANG AWAM
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur kami panjatkan kepda Tuhan yang maha Esa yang memberikan kasih karunia
dan hikmat kepada penulis, hingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
makalah ini untuk siapa saja untuk membaca agar menambah pengetahuan dan
mengenal asal mulanya manusia dan bagaimananya manusia itu di bentuk. dan
mengenal jati dirinya dan bagaimana para ahli antropologi mengukapkan pemikiran
yang kita pelajari sampai sekarang ini.
Dapat
kita lihat dalam makalah ini bagaimana sejarah dan pengetahuan para ahli antropos
menulisnya,makalah ini juga dapat membantu saudara(i) untuk mengenal bagaimana
manusia itu di ciptakan oleh Allah itu sendiri. Bagaimana kita tahu bahwa Allah
yang menciptakan manusia atau berasal dari homo erectus.
Dan ilmu
antropologi sangatlah luas untuk dapat di pelajari mulai dari antropologi fisik, budaya, lingustik, arkeologi, dan
etnologi inilah cabang antropologi yang menyebar sampai sekang ini yang dapat
di pelajari oleh siapapun sma, smk dan perguruan tinggi.
Penulisan makalah ini kurang lebihnya,
sempurna dari yang ada apabilah ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan
makalah ini mohon maaf sebesar-besarnya dan penulis menggarapkan kritis dan
saran dalam membangun kesempurnaan makalah ini Tuhan Yesus Memberkati
Penulis
24 oktober 2017
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUHAN
LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................ 1
RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 1
TUJUAN............................................................................................................................. 2
BAB II ISI
A.
PENGERTIAN ANTROPOLOGI MENURUT
I. PARA AHLI DAN KAUM
AWAMPENGERTIAN ANTROPOLOGI .................... 3
ii. MENURUT KOENTJARANINGRAT ........................................................................ 3
iii. PENGERTIAN ANTROPOLOGI MENURUT TULIAN DARWIN ........................ 4
iv. PENGERTIAN ANTROPOLOGIKESIMPULAN DARI PARA AHLI................... 5
BAB III
SEJARAH BERDIRINYA ILMU ANTROPOLOGI
DALAM BEBERAPA FASE
B.
FASE PERTAMA ( 1800 )
a.
KIRA-KIRA ABAD KE-19..................................................................... 6
b.
AWAL ABAT KE-20................................................................................ 6
c.
SESUDA KIRA-KIRA ( 1930 )............................................................... 6
Ii
C.
TIMBUNYA ILMU ANTROPOLOGI DAN PARA TOKOH
a.
LAHIRNYA ILMU ANTROPOLOGI.................................................... 7
b.
BERKEMBANGNYA ILMU
ANTROPOLOGI.................................... 8
c.
TOKOH ANTROPOLOGI....................................................................... 9
d.
CABANG-CABANG ANTROPOLOGI................................................. 10
e.
ANTROPOLOGI FISIK........................................................................... 11
f.
ANTROPOLOGI BUDAYA.................................................................... 11
g.
ETNOLOGI............................................................................................... 12
h.
LINGUSTIK.............................................................................................. 13
i.
ARKEOLOGI........................................................................................... 14
j.
ANTROPOLOGI AGAMA...................................................................... 15
BAB IV
PENUTUP
I.
KESIMPULAN........................................................................................ 16
II.
SARAN.....................................................................................................
16
III.
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pengertian sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata syajaratun,
yang
memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon kayu di sini adalah adanya suatu
kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa)
dalam
suatu kesinambungan (kontinuitas).IlmuSejarah sering dikaitkan dengan
politik, padahal
yang sesungguhnya ilmu sejarah itu memiliki arti yang cangkupannya
dapat lebih luas karena berhubungan dengan kejadian masyarakat di masa lalu
yang dapat dilihat dari segi ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi,
antropologi,antropologi budaya, psikologi, geografi, dan ilmu
ekonomi.Sehingga
sejarah dan ilmu-ilmu sosial saling berkaitan dalam pembahasannya sesuai
kajian
dan objek yang dipelajari. Semakin luasnya, mengkajiilmu
sejarah ini diharapkan dapat membuat wawasan akan semakin
luas tentang pengertian dan ruang lingkup sejarah, metode dan ilmu
bantu sejarah, tujuan dan kegunaan sejarah, sejarah
perkembangan sejarah, hubungan ilmu sejarah dengan ilmu
ilmu sosial lainnya, konsep-sonsep sejarah, dan teori
teori sejarah
B. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi masalah dalam penulisan ini pada pokoknya adalah,
“ILMU SEJARAH”. Secara terperinci masalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut
:
1.Apa pengertian dan ruang lingkup sejarah ?
2.Apa sajakah metode dan ilmu Bantu sejarah ?
3.Apa tujuan dan kegunaan sejarah ?
4.Bagaimanakah sejarah perkembangan sejarah ?
5.Bagaimanakah hubungan ilmu sejarah dengan ilmu
ilmu sosial lainnya ?
6.Apa sajakah konsepkonsep sejarah ?
7.Apa sajakah teoriteori sejarah ?
B.Tujuan Penlisan
Penulisan ini bertujuan :
1 Ingin memperoleh informasi tentang pengertian dan ruang lingkup sejarah.
2.Ingin memperoleh informasi tentang tujuan dan kegunaan sejarah.
3.Ingin memperoleh informasi tentang sejarah perkembangan sejarah.
4.Ingin memperoleh informasi tentang hubungan ilmu sejarah
dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5.Ingin memperoleh informasi tentang konsep-konsep sejarah.
6.Ingin memperoleh informasi tentang teoriteori sejarah
PENGERTIAN ANTOPOLOGI
MENURUT PARA AHLI
DAN ORANG AWAM
Antropologi
berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
* William A. Haviland
* William A. Haviland
Antropologi
adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian
yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
* David Hunter
* David Hunter
Antropologi
adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
* Koentjaraningrat
* Koentjaraningrat
Antropologi
adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari
definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah
ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan
(cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga
setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Sejarah
Seperti
halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan
dalam perkembangannya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar
abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi
dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak
menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan
penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan.
Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing
tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau
bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing
tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang
bangsa-bangsa.
Bahan
etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada
permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku
luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul
usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Pengertian Antropologi menurut Menurut
orang awam
Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil. Memang pemikiran yang demikian tidak selamanya salah karena mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian Antropologi. Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan Antropologi, di mana sesungguhnya arkheologi merupakan salah satu cabang Antropologi
Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil. Memang pemikiran yang demikian tidak selamanya salah karena mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian Antropologi. Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan Antropologi, di mana sesungguhnya arkheologi merupakan salah satu cabang Antropologi
Pengertian Antropologi menurut
Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Pengertian Antropologi menurut Tulian Darwin
The
origin of spicies” Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan
penelitian-penelitian terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Manusia
asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi.Antropologi ingin
membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di
seluruh dunia.
Pengertian
Antropologi Kesehatan Menurut McElroy dan Townsend (1985)
Antropologi
Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan
lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang
pemahaman dan merawat penyakit.
McElroy dan Townsend
yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya adaptasi dan
perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli antropologi
kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan dengan
adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari
masa prasejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.
Kesimpulan Pengertian
Antropologi Kesehatan Menurut para ahli
Antropologi
Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan bahwa
antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang
berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin
ilmu (interdisipliner).
Antropologi
kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan
dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang berhubungan
dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir, penyembuhan
penyakit.
Tugas utama ahli
antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat mempunyai
persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang
akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas
tempat tinggal. Di dalam Antropologi Kesehatan mencakup berbagai disiplin ilmu
yang saling berhubungan dan keterkaitan.
Antropologi
berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang
berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi tentang umat
manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai
keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang mempelajari manusia,
antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak akurat.
Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana
manusia pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari
beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahliantropolgi juga tertarik untuk
mempelajari bagaimana dan mengapa suatu masyarakat memilki pemikiran dan
kebiasaan pada masa lampau dan masa kini.
Ketidak
akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena dengan
pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin ilmu manusia
lainnya seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi
manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic seperti
filsafat dan sastra.
Banyaknya
disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan permasalahan manusia, tentu
tidak akan merasa senang bila diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu
antropolgi. Memang kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai
disiplin sendiri lebih lama dari antropologi, dan masing-masing
mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk menjadi berbeda dari yang lain.
SEJARAH BERDIRINYA ILMU ANTROPOLOGI
DALAM BEBERAPA FASE
Sejarah
perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat
fase, yaitu:
a. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Sejak
akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika,
Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang
lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para
musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan
jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain
yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi
tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri
fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai “etnografi” (dari kata etnos
berarti bahasa.
b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)
Pada
awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa
karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada
berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut
mentangkut masyarakat yang dianggap “primitiv” yang tingkat evolusinya sangat
lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar
1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam
berbagai tingkat evolusi.
c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)
Pada
awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu
Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.
Pada
fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa
ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks
bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks,
maka hal itu akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.
d. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)
Pada
fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik.
Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode
ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin
berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh
pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II.
Menyebabkan
bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena itu
sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah
beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan,
termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan
antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium internasional pada tahun
1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari
Amerika dan Eropa.
Pada
fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:
1.
Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk
fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.
2.
Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan
Lahirnya Ilmu Antropologi
Antropologi
adalah suatu ilmu sosial yang pemaparannya mengenai sejarah pembentukan
antropologi tetap penting dibicarakan. Kebanyakan antropolog sependapat bahwa
antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan yang jelas batasannya pada
sekitar pertengahan abad kesembilan belas, tatkala perhatian orang pada evolusi
manusia berkembang. Setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alas an
sendiri-sendiri untuk menetukan kapan antropologi dimulai. Dari sudut pandang
“sejarah gagasan”, tulisan-tulisan filsuf, dan peziarah Yunani, sejarawan Arab
kuno, peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum,
ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi
dibangunnya tradisi antropologi.
Sebagai
contoh, Alan Bernand (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi adalah
ketika konsep “kontrak sosial” lahir, dan persepsi mengenai hakikat manusia,
masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan tumbuh dari konsep “kontrak sosial”
tersebut. Gagasan ini dalam beberapa hal adalah pelopor dalam teori evolusi.
Perdebatan
pada abad ke 18 mengenai asal usul bahasa dan mengenai hubungan antara manusia
dengan apa yang kita sebut primate yang lebih tinggi juga relevan, seperti
halnya perdeatan pada abad ke 19 antara poligenis (keyakinan bahwa setiap ‘ras’
mempunyai asal usul terpisah) dan monogenis (keyakinan bahwa manusia memiliki
asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk yang disebut dengan
kera). Gagasan demikian itu tidak hanya penting sebagai fakta sejarah, tetapi
juga karena gagasan itu membentuk persepsi antropologi modern mengenai dirinya
sendiri.
Antropologi
di Eropa pada abad ke 18 ditandai oleh tiga pertanyaan penting yang diajukan
untuk pertama kali dalam bentuk modern selama masa pencerahan di Eropa.
Pertanyaan itu adalah:
a.
Siapa yang mendefenisikan manusia dalam bentuk abstrak?
b.
Apa yang membedakan manusia dari binatang?
c.
Dan apa kondisi alamiah dari manusia itu?
Dari
pertanyaan itu maka munculah ilmuwan dan tokoh-tokoh dalam pengembangan
kehidupan manusia, sehingga disebut dengan ilmu antropologi yang kita kenal
sampai sekarang.
Antropologi
pada abad ke 19 dan abad ke 20, berkembang dalam arah yang lebih sistematik dan
menggunakan peralatan metedologi ilmiah. Persoalan paradigma menjadi semakin
penting karena masih mempertanyakan pertanyaan–pertanyaan diatas. Dan samapi
saat sekarang ini para ilmuwan dan tokoh-tokoh masih mengembangkan pemikiran
mereka dalam dunia ilmu antropologi ini.
BERKEMBANGNYA ILMU ANTROPOLOGI
Dalam
arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai berfikir
tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan
untuk membandingan diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang
melakukan kontak dengan mereka.
Ahli
sejarah Yunani, Herodotus (484-425 SM) menghabiskan bertahun-tahun untuk
melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan menuliskan gambaran
terperinci tentang pakaian, panen, etiket dan ritual dari orang-orang yang ia
jumpai. Ibn Khaldun (13326-1406) adalah seorang ahli politik dan sejarah yang
tinggal beberapa tahun. Ia menghasilkan karya ilmiah yang menakjubkan, karena
mengelompokkan orang-orang yang diamatinya menjadi dua kelompok masyarakat,
yaitu suku Bedouin yang dianggap liar, nomaden serta agresif, dan masyarakt
kota yang menetap, berpendidikan dan kadang-kadang korup, yang menggantungkan
hidup mereka pada pertanian lokal.
Antropologi
mengemuka setelah melewati serangkaian perkembangan yang kompleks, dan saat ini
mencakup minat-minat dan bidang-bidang ilmu yang sangat beragam. Kita akan
meninjau beberapa diantaranya untuk memahami bagaimana antropologi sampai saat
pada perkembangannya saat ini.
Setidaknya
sejak abad kelima belas, dengan dilengkapinya pe;ayaran-pelayaran besar untuk
menemukan dan menaklukan wilayah baru, muncul berbagai perdebatan tentang sifat
dan adat istiadat orang-orang biadab yang digambarkan oleh orang pelaut dan
pedagang. Di akhir abad keenam belas sastrawan Perancis, Michael De Montaigne
(1533-1529), memadukan pengetahuannya tentang karya-karya penulis klasik
seperti Xenophon, Lucretius dan virgil dengan penjelajahan-penjelajahan dunia
baru.
Selama
zaman pertengahan, makhluk didunia dikelompokkan kedalam beberapa ordo yang
statis, diciptakan oleh tuhan yang disebut rantai kehidupan (chain of being).
Pada abad ketujuh belas dan delapan belas ‘Rantai’ tersebut kerat teramati
dalam kondisi-kondisi yang lebih dinamis. Dengan demikian, kebudayaan dapat
dianggap sebagai kemajuan, dengan masyarakat eropa sebagai titik puncak
perkembangan, baik secara moral maupun cultural.
Antropologi
menjadi sebuah subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad kesembilan belas,
sebagian besar memusatkan perhatian pada penelitian sifat-sifat fisik, bahasa
dan budaya masyarakat yang belum beradab. Sir Edward Tylor menjadi dosen
antropologi di Oxford pada tahun 1884, maka mulai disinilah antropologi
dikembangkan diberbagai Negara. Hampir disepanjang abad kesembilan belas,
status pasti antropologi mencakup segala hal, mulai dari mengukur bentuk dan
ukuran kepala sampai mengumpulkan artefak untuk mengisi museum-museum
dikota-kota yang kaitannya dengan sains, terutama zoology dan biologi.
Goerge
Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika membedakan perilaku
banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non Eropa, secara jelas
gambaran yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang bukan saja terasing
secara geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari seorang pria
Victoria; berkulit putih, menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan mendekati
sifat saleh). Gagasan itu jelas menggambarkan evolusi budaya, sebuah gagasan
yang berhasil menjadi sebuah teori dominan di abad kesembilan belas.
Gagasan
ini didukung oleh hasil penelitian beberapa disiplin ilmu, bukti-bukti geologi
menunjukan bahwa bumi lebih tua daripada yang diungkapkan oleh injil, sementara
penemuan-penemuan arkeologi seperti peralatan yang ditemukan di tanah berlumpur
Denmark dianggap mendukung teori yang menyatakan bahwa umat manusia telah
melewati berturut-turut, zaman-zaman batu, perunggu, dan besi. Para ilmuwan
mulai mencari penjelasan-penjelasan ilmiah dan bukan lagi penjelasan teologi
untuk memahami perbedaan perkambangan antara Negara-negara dengan peradaban
barat dengan masyrakat yang secara teknologi dan budaya dianggap lebih
primitif.
Pada
tahun 1896 ahli antropologi Franz Boas (1858-1942) menerbitkan sebuah makalah
yang berjudul The Limitations Of The Comparative Method Of Anthropology.
Dua kalimat terakhir dalam tulisannya mengatakan “sampai saat ini kita masih
terlalu senang tingkah laku aneh yang cerdik. Kerja nyata masih didepan kita”,
yang ia maksud dengan kesenangan adalah kesenangan dari banyak ahli evolusi,
yang menurut Boas, riset mereka pada hikikatnya rasis dan hanya ditunjang oleh
sedikit bukti saja.
Banyak
karya-karya Boas yang diterima oleh pakar antropologi lainnya, sehingga mereka
melihat tanda-tanda awal perpecahan minat antara para ahli antropolgi Amerika
dan Inggris. Pengikut Boas di Amerika, seperti ilmuwan A.L. Kroeber (1876-1960)
dan R. Lowie (1883-1957) meneruskan dengan melakukan penelitian sejarah,
sekaligus memusatkan perhatian pada analisis budaya.
Tokoh-Tokoh Antropologi
Para
tokoh antropologi dalam fase pertama dari perkembangannya sudah tentu belum
ada, Karena pada waktu itu belum ada ilmu antropologi. Namun ada penjelasan
tentang manusia dan kebudayaan suku-suku bangsa yang tinggal diluar benua
Eropa. Para pengarang etnografi kuno ada dari berbagai golongan antara lain:
1.
Golongan musafir adalah A. Bastian, seorang dokter kapal berbangsa jerman yang
telah keliling ke berbagai benua pada permulaan abad ke-19. diantara
catatan-catatan perjalanannya mengenai berbagai daerah tertentu di Afrika
Barat, India. Cina, Australia, Kepulauan Osenia, Meksiko, dan Amerika latin. Ia
pernah menulis tiga jilid etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di
Indonesia.
2.
Golongan penyiar agama Nasrani sangat banyak jumlahnya, cukup disebut seorang
saja sebagai contoh, ialah J.F. Lafitau, seorang pendeta agama Katolik bangsa
perancis yang pernah berkerja di daerah sungai St. Lawrance (Amerika Utara dan
Kanada Timur), sebagai penyiar agama dan menulis sebuah etnografi yang klasik
(1724) tentang kebudayaan suku-suku bangsa India yang hidup didaerah sungai tersebut.
3.
Golongan Eksplorasi adalah N.N. Miklukho-Maklai, seorang bangsa Rusia yang
banyak mengenbara di daerah Oseania di Lautan Teduh, dan yang pernah
mengunjungi Papua Nugini dan Irian Jaya.
4.
Golongan pemerintah-pemerintah jajahan adalah T.S. Raffles, yang pernah
menjabat sebagai Letnan Gubernur Jendral di Indonesia antara tahun 1811 dan
1815.
5.
Tokoh dari sarjana antropologi pada abad ke-19 adalah L.H Morgan, seorang
serjana hokum bangsa Amerika yang berkerja sebagai pengacara.
6.
P.W. Schmidt, seorang serjana antropologi berbangsa Austria.
7.
Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga adalah B.
Malinowski, yang telah menulis banyak buku antropologi.
8.
Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang keempat adalah F.
Boas yang mula-mula adalah ahli geografi bangsa jerman, kemudian menjadi warga
Negara Amerika, yang dianggap sebagai tokoh pendekar antropologi pada masa
kejayaannya.
9.
Ruth Benedict, Margaret Mead dan R. Linton adalah tokoh antropologi wanita yang
lebih mengarah tentang antropologi psikologi.
10.
A.R Radcliffe-Brown adalh tokoh antropologi yang mengembangkan teori-teori
antropologi sinkronik yang kemudian menjadi sub ilmu antropologi social.
11.
R. frith adalah tokoh yang menggunakan metode-metode antropologi dalam hal
analisis, yang bisa disebut antropologi terapan.
Banyak
sekali tokoh-tokoh yang berperan penting dalam dunia perkembangan ilmu
antropologi, karena antropologi tidak hanya berkembang di Negara-negara Eropa
saja, akan tetapi ilmu ini berkembang ke Negara-negara Asia, Afrika, Amerika
dan lain sebagainya. Sehingga dengan berkembangnya ilmu ini di Negara-negara
tersebut banyak tokoh-tokoh yang ikut campur dengan pemikiran-pemikiran mereka
sehingga ilmu antropologi semakin lama semakin luas kajiannya.
Cabang-Cabang Antropologi
Dalam
buku “Anntropology”, William A. Haviland (1985:12) membahas antropologi yang
secara garis besar terdiri empat cabang yaitu:
1.
Antropologi Fisik
2.
Antropogi Budaya (Arkeologi, Linguistik, dan Etnologi).
Dari
keempat bagian tersebut Haviland kemudian menjabarkannya ke dalam berbagai
bagian yang meliputi; Evolusi Biologi Umat Manusia, Evolusi Kultural Uma
Manusia, serta Kebudayaan dengan segala macam aspeknya seperti komunikasi,
pengasuhan anak, poa pengidupan, sistem perekonomian, perkawinan dan keluarga,
kekerabatan dan keturunan, organisasi politik dan pengendalian social, agama,
kesenian, dan perubahan kebudayaan.
Antropologi Fisik
Antropologi
fisik (antropologi ragawi) adalah bagian dari antropologi yang memusatkan
perhatiannya kepada manusia sebagai organisme biologis yang berkembang dan
hendak ditentukan bagaimana dan apa sebabnya bangsa-bangsa berbeda menurut
keadaan fisiknya. Salah satu yang menjadi perhatian antropologi fisik adalah
evolusi manusia (Haviland, 1985:12 dan Ihromi, 1994:5). Dua pertanyaan yang
menyolok dari cabang antropolohgi fisik adalah:
a.
Tentang munculnya manusia, dan perkembangannya kemudian (paleontology manusia)
b.
Mengenai bagaimana dan apa sebabnya manusia masa kini secara biologis berbeda
(variasi manusia)
Antropologi Budaya
Antropologi
budaya meliputi etnologi, linguistic, dan arkeologi. Yang ketiganya berhubungan
langsung dengan kebudayaan manusia. Berikut kan di bahas satu persatu:
a. Etnologi
Atau
dikenal dengan ilmu bangsa-bangsa. Etnologi menurut Haviland (1985:17) adalah
cabang dari antropologi budaya yang memusatkan perhatian terhadap
kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang. Sub disiplin ini lebih mengkhususkan diri
kepada prilaku manusia sebagaimana yang dapat disaksikan, dialami, dan
didiskusikannya dengan orang-orang yang kebudayaannnya hendak dipahami.
Sementara itu, menurut Ihromi (1994:10) berpendapat bahwa seorang ahli etnologi
berusaha memahami bagaimana perbedaan dari cara berpikir dan cara berlaku yang
sudah membaku pada orang-orang masa sekarang dan masa lalu, serta memahami
sebab-sebab dari perbedaan itu. Dengan kata lain etnologi mempelajari pola-pola
kelakuan seperti adat istiadat perkawinan, struktur kekerabatan, sistem politik
dan ekonomi, agama, cerita-cerita rakyat, kesenian dan musik.
Serta
bagaimana perbedaan diantara pola-pla itu dalam berbagai masyarakat masa kini.
Selain itu etnologi juga mempelajari dinamika kebudayaan tersebut dan
kebudayaan lain saling mempengaruhi termasuk juga interaksi antara berbagai kepercayaan
dan cara-cara melaksanakannya di dalam suatu kebudayaan dan pengaruhnya
terhadap kepribadian seseorang.
b. Linguistik
Linguistik
adalah ilmu yang mempelajari bahasa-bahasa. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu
tentang bahasa ini agak lebih tua dibandingkan dengan antropologi. Kedua
disiplin tersebut menjadi amat erat hubungannya, karena ketika para ahli
antropologi melakukan penelitian lapangan, mereka meminta bantuan tenaga-tenaga
ahli bahasa untuk mempelajari bahasa-bahasa primitive. Terdapat perbedaan
antara ahli linguistic dengan ahli-ahli bahasa yang lain. Ahli linguistic lebih
tertarik pada sejarah dan struktur bahasa-bahasa yang tidak tertulis. Pusat
perhatian demikian memerlukan tekhnik analisa dan penelitian yang lebih las
jenisnya dibandingkan dengan yang digunakan oleh para ahli bahasa yang lain.
Lebih
jauh ahli linguistic juga tertarik untuk mempelajari timbulnya bahasa selama
masa yang lalu dan juga pada variasi bahasa pada masa kini, sehingga dapat
dikatakan bahwa ahli antropologi linguistic mempelajari timbulnya bahasa dan
bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa-bahasa selama dalam jangka waktu
berabad-abad. Ketika antropologi linguistic tertarik mengenai bagaimana
terjadinya perbedaan bahasa-bahasa sekarang, khusunya sehubungan dengan
konstruksi dan cara penggunaannya, maka kemudian berkembang cabang ilmu bahasa
deskriptif. Secara rinci, ilmu mengenai konstruksi bahasa disebut ilmu bahasa
struktual, dan ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa dipergunakan dalam logat
sehari-hari disebut sosialinguistik atau etnolinguistik.
c. Arkeologi
Arkeologi
menurut Havilland (1985:14) adalah cabang antropologi budaya yang mempelajari
benda-benda dengan maksud untuk menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia.
Sebagian besar perhatian dipusatkan kepada masa lampau, karena apa yang
tertinggal di masa lampau seringkali hanya berupa benda dan bukan gagasan. Ahli
arkeologi mempelajari alat-alat, tembikar, dan peninggalan lain yang tahan
lama, yang masih ada sebagai warisan dari kebudayaan yang telah punah. Atau
dengan kata lain menurut Ihromi (1994:7) berusaha mengkonstruksikan dan
menyusun kembali cara hidup sehari-hari dan adat istiadat dari bangsa-bangsa
masa prasejarah, serta menelusuri perubahan kebudayaan dan mengajukan
keterengan tentang kemungkinan sebab dari perubahan kebudayaan itu.
Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi
beberapa cabang ilmu, diantaranya yaitu:
·
Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia melalui bukti fosil-fosil.
·
Somatologi adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan
mengamati ciri-ciri fisik.
·
Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan
melalui analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam
situs-situs arkeologi.
·
Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada
lingkungannya (mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan perspektif
ekologis dan evolusi. Studi ekologi manusia juga disebut dengan studi adaptasi
manusia, atau studi tentang respon adaptif manusia (perkembangan fisik,
fisiologi, dan genetik) pada tekanan lingkungan dan variasinya.
·
Paleopatologi adalah studi penyakit
pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya berfokus pada kondisi patogen
yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan (misalnya pada mumi), tetapi
juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau juga bukti-bukti stres pada
fisik.
·
Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik
manusia. Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk
mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam
rangka memahami variasi fisik manusia. Pada saat ini, antropometri berperan
penting dalam desain industri, desain pakaian, desain industrial ergonomis, dan
arsitektur di mana data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dalam
populasi digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan digunakan konsumen.
·
Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur
tulang, elemen-elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi,
penyakit, patologi, dsb. Osteologi digunakan dalam menganalisis dan
mengidentifikasi sisa-sisa tulang (baik kerangka utuh mau pun yang telah
menjadi serpihan) untuk menentukan jenis kelamin, umur, pertumbuhan dan
perkembangannya, sebab kematian, dan lain sebagainya dalam konteks biokultural.
·
Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates).
Primatologi mengkaji perilaku, morfologi, dan genetik primata yang
berpusat pada homologi dan analogi dalam mengambil kesimpulan kenapa dan
bagaimana ciri-ciri manusia berkembang dalam primata.
·
Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal
(hukum), biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia,
paleopatologi, dan osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA,
dan militer) untuk menganalisis kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar,
rusak, terpotong-terpotong karena mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi)
atau dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).
·
Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi,
dan persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan
perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein dalam
melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam
menentukan suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari
wilayah mana (geographical origin).Antropologi
Sosial BudayaSunting
Antropologi sosial
merupakan studi yang mempelajari hubungan antara orang-orang dan kelompok.
Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi bagaimana orang-orang
memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-beda. Antropologi
Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang bertujuan mencari
pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti
subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi Budaya lebih berhubungan
dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang bagaimana suatu
kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri) dan kelompok,
memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan,
adat istiadat, dan pranata masyarakat. Dalam praktiknya tidak ada perbedaan
yang sangat mencolok antara Antropologi Sosial dan Antropologi Budaya, dan
bahkan sering saling tumpang tindih di antara keduanya.
Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan
perkembangan semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.
·
Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari
pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku
bangsa yang ada di bumi.
·
Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di
dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
·
Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa
serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan
nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.
ANTROPOLOGI AGAMA
Antropologi Agama
adalah salah satu cabang ilmu yang banyak mendapatkan perhatian para pakar ilmu sosial.
Cabang ilmu Antropologi Agama ini diyakini
oleh banyak pakar sebagai salah satu alat studi yang akurat dalam melihat
reaksi antara agama, budaya, dan lingkungan sekitar sebuah masyarakat.
Antropologi agama menunjuk kepada suatu
penghubung yang unik atas moralitas, hasrat, dan kekuatan dengan dikendalikan
dan kemerdekaan, dengan duniawi dan asketisme, dengan idealis dan kekerasan,
dengan imajinasi dan penjelmaan, dengan imanensi dan transendensi yang
merupakan sisi dunia manusia yang berbeda dengan makhluk lain.
Tradisi ilmu
antropologi memahami dunia-dunia agama tidak
sepenuhnya sebagai fenomena objektif dan juga tidak sepenuhnya sebagai fenomena
subjektif, namun sebagai sesuatu yang berimbang dalam memediasikan ruangan
sosial atau budaya dan sebagai yang terlibat dalam suatu dealiktika yang
memberikan objektivitas sekaligus juga subjektivitas.
Perhatian ahli antropologi dalam meneliti agama ditunjukan untuk melihat keterkaitan
faktor lingkungan alam, struktur sosial, struktur kekerabatan,
dan lain sebagainya, terhadap timbulnya jenis agama, kepercayaan, upacara, organisasi keagamaan tertentu.
Agama menyakinkan
bahawa manusia 100% diciptaan oleh Allah Sang pencita alam semesta, bahwa
manusia itu mempunyai akal dan pengetahuan yang berasal dari Allah itu
sendiri.dapat kita lihat dalam Alkitab ( kj:26-27 ).
BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan
Pengertian antropologi
adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang
terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk
mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak
kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Latar belakang
antropologi terbagi ke dalam 4 fase, yaitu fase pertama terjadi sebelum tahun
1800, fase kedua berlangsung pada pertengahan abad ke-19, fase ketiga
berlangsung pada permulaan abad ke-20 dan fase ke empat sesudah 1930, pada fase
ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas.
Konsep dasar dalam
antropolgi budaya adalah budaya yaitu hasil karya, karsa, rasa, cipta dari
munusia; ras;suku bangsa; dan sistem kekerabatan.
D. Saran
Demikianlah makalah
ini tim penulis sajikan, apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kritik
dan saran sangat kami harapkan. Tiada gading yang tak retak, tiada manusia
tanpa ada kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Fauzi Muzaham. 1995. Sosiologi
Kesehatan.Universitas Indonesia(UI-Press), Jakarta.
Foster dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan.
Universitas Indonesia(UI-Press), Jakarta.
Rusdi Muchtar.1994.Manusia dan
Lingkungan.JurnalNo.4, 1994Fauzi
Muzaham.1995.Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan.UniversitasIndonesia,Jakarta.AhimsaPutra,
Heddy Shri.2007.
Etnosains:Paradigma Fenomenologis untuk
Revitalisasi Kearifan Lokal.
Yogyakarta:LPPM UGM.Rina Anggorodi.
2009. Makara Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni2009. Universitas Indonesia,
Depok.Djoht, Djekky R.2001“Kebudayaan,
PenyakitdanKesehatan di Papua dalam Perspektif Antropologi
Kesehatan” dalam Buletin Populasi Papua, Vol. II.No.4 November 2001. Jayapura.
PSK-UNCENA.E. Dumatubun.2002.KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA
DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN”,
Antropolgi Papua,
Volume 1. No. 1, Agustus 200.
Universitas Cendrawasi.
Iwan Hadibroto & Syamsir Alam. 2006.
Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan
Komplementer. VITAHEALTH. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.Faisal, Sanafiah.
1990. Format-format Penelitian Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.Hilman Hadikusuma.
1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung.
Mandar Maju. Bandung.
BPS Lampung Utara. 2011. Lampung Utara Dalam Angka.
LampungParadigma sehat.
Departemen Kesehatan RI, 1998
BPS Lampung. 2011. Lampung Dalam Angka.
Lampung 95 Ahimsa-Putra, Hedi Shri. 1995. “Bahasa, Sastra dan Kearifan Lokal
diIndonesia”. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya,UGM.
Daeng, H.J. 2008. Manusia, Kebudayaan dan
Lingkungan Tinjauan Antropologis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bruce, M. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan.B, Dwita Hadi Rami. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar