Rabu, 15 November 2017

PENGERTIAN ANTOPOLOGI MENURUT PARA AHLI DAN ORANG AWAM

 PENGERTIAN ANTOPOLOGI MENURUT PARA AHLI
                                             DAN ORANG AWAM

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepda Tuhan yang maha Esa yang memberikan kasih karunia dan hikmat kepada penulis, hingga bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. makalah ini untuk siapa saja untuk membaca agar menambah pengetahuan dan mengenal asal mulanya manusia dan bagaimananya manusia itu di bentuk. dan mengenal jati dirinya dan bagaimana para ahli antropologi mengukapkan pemikiran yang kita pelajari sampai sekarang ini.
Dapat kita lihat dalam makalah ini bagaimana sejarah dan pengetahuan para ahli antropos menulisnya,makalah ini juga dapat membantu saudara(i) untuk mengenal bagaimana manusia itu di ciptakan oleh Allah itu sendiri. Bagaimana kita tahu bahwa Allah yang menciptakan manusia atau berasal dari homo erectus.
Dan ilmu antropologi sangatlah luas untuk dapat di pelajari mulai dari antropologi  fisik, budaya, lingustik, arkeologi, dan etnologi inilah cabang antropologi yang menyebar sampai sekang ini yang dapat di pelajari oleh siapapun sma, smk dan perguruan tinggi.
 Penulisan makalah ini kurang lebihnya, sempurna dari yang ada apabilah ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini mohon maaf sebesar-besarnya dan penulis menggarapkan kritis dan saran dalam membangun kesempurnaan makalah ini Tuhan Yesus Memberkati






                                                                             Penulis 24 oktober 2017
          

                                                                             


i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUHAN
  LATAR BELAKANG MASALAH................................................................................ 1
    RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 1
TUJUAN............................................................................................................................. 2

BAB II ISI
A.    PENGERTIAN ANTROPOLOGI MENURUT

I.  PARA AHLI DAN KAUM AWAMPENGERTIAN ANTROPOLOGI .................... 3
ii. MENURUT KOENTJARANINGRAT ........................................................................ 3
iii. PENGERTIAN ANTROPOLOGI MENURUT TULIAN DARWIN ........................ 4
iv. PENGERTIAN ANTROPOLOGIKESIMPULAN DARI PARA AHLI................... 5

BAB III
SEJARAH BERDIRINYA ILMU ANTROPOLOGI
DALAM BEBERAPA FASE

B.     FASE PERTAMA ( 1800 )

a.       KIRA-KIRA ABAD KE-19..................................................................... 6
b.      AWAL ABAT KE-20................................................................................ 6
c.       SESUDA KIRA-KIRA ( 1930 )............................................................... 6
                                                          




                                                              Ii


C.    TIMBUNYA ILMU ANTROPOLOGI DAN PARA TOKOH

a.       LAHIRNYA ILMU ANTROPOLOGI.................................................... 7
b.      BERKEMBANGNYA ILMU ANTROPOLOGI.................................... 8
c.       TOKOH ANTROPOLOGI....................................................................... 9
d.      CABANG-CABANG ANTROPOLOGI................................................. 10
e.       ANTROPOLOGI FISIK........................................................................... 11
f.       ANTROPOLOGI BUDAYA.................................................................... 11
g.      ETNOLOGI............................................................................................... 12
h.      LINGUSTIK.............................................................................................. 13
i.        ARKEOLOGI........................................................................................... 14
j.        ANTROPOLOGI AGAMA...................................................................... 15

BAB IV PENUTUP
                               I.            KESIMPULAN........................................................................................ 16
                            II.            SARAN..................................................................................................... 16
                         III.            DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 17













iii


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pengertian sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata syajaratun, yang
memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon kayu di sini adalah adanya suatu
kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang sesuatu hal (peristiwa) dalam
suatu kesinambungan (kontinuitas).IlmuSejarah sering dikaitkan dengan politik, padahal
yang sesungguhnya ilmu sejarah itu memiliki arti yang cangkupannya
dapat lebih luas karena berhubungan dengan kejadian masyarakat di masa lalu
yang dapat dilihat dari segi ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi,
antropologi,antropologi budaya, psikologi, geografi, dan ilmu ekonomi.Sehingga
sejarah dan ilmu-ilmu sosial saling berkaitan dalam pembahasannya sesuai kajian
dan objek yang dipelajari. Semakin luasnya, mengkajiilmu
sejarah ini diharapkan dapat membuat wawasan akan semakin
luas tentang pengertian dan ruang lingkup sejarah, metode dan ilmu
bantu sejarah, tujuan dan kegunaan sejarah, sejarah
perkembangan sejarah, hubungan ilmu sejarah dengan ilmu
ilmu sosial lainnya, konsep-sonsep sejarah, dan teori
teori sejarah


B. Rumusan Masalah

Beberapa hal yang menjadi masalah dalam penulisan ini pada pokoknya adalah,
“ILMU SEJARAH”. Secara terperinci masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut
:
1.Apa pengertian dan ruang lingkup sejarah ?
2.Apa sajakah metode dan ilmu Bantu sejarah ?
3.Apa tujuan dan kegunaan sejarah ?
4.Bagaimanakah sejarah perkembangan sejarah ?
5.Bagaimanakah hubungan ilmu sejarah dengan ilmu
ilmu sosial lainnya ?
6.Apa sajakah konsepkonsep sejarah ?
7.Apa sajakah teoriteori sejarah ?









B.Tujuan Penlisan Penulisan ini bertujuan :

1 Ingin memperoleh informasi tentang pengertian dan ruang lingkup sejarah.
2.Ingin memperoleh informasi tentang tujuan dan kegunaan sejarah.
3.Ingin memperoleh informasi tentang sejarah perkembangan sejarah.
4.Ingin memperoleh informasi tentang hubungan ilmu sejarah
dengan ilmu-ilmu sosial lainnya.
5.Ingin memperoleh informasi tentang konsep-konsep sejarah.
6.Ingin memperoleh informasi tentang teoriteori sejarah





















PENGERTIAN ANTOPOLOGI MENURUT PARA AHLI
                                             DAN ORANG AWAM
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:

* William A. Haviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
* David Hunter

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
* Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Sejarah
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:







Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Pengertian Antropologi menurut Menurut orang awam
Membicarakan Antropologi hanyalah berfikir tentang fosil-fosil. Memang pemikiran yang demikian tidak selamanya salah karena mempelajari fosil merupakan suatu cabang penelitian Antropologi. Arkheologi pada dasarnya berbeda dengan Antropologi, di mana sesungguhnya arkheologi merupakan salah satu cabang Antropologi
Pengertian Antropologi menurut Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Pengertian Antropologi menurut Tulian Darwin
The origin of spicies” Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi.Antropologi ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di seluruh dunia.
Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut McElroy dan Townsend (1985)
Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang pemahaman dan merawat penyakit.



McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari masa prasejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.

Kesimpulan Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut para ahli

Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan, pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu (interdisipliner).
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir, penyembuhan penyakit.
Tugas utama ahli antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat tinggal. Di dalam Antropologi Kesehatan mencakup berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan dan keterkaitan.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana manusia pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari beraneka ragam ciri-ciri fisik manusia. Para ahliantropolgi juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan masa kini.
Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena dengan pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin ilmu manusia lainnya seperti sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi manusia, dan bahkan dapat digabungkan dengan disiplin humanistic seperti filsafat dan sastra.


Banyaknya disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan permasalahan manusia, tentu tidak akan merasa senang bila diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu antropolgi. Memang kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai disiplin sendiri lebih lama dari antropologi, dan masing-masing mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk menjadi berbeda dari yang lain.

SEJARAH BERDIRINYA ILMU ANTROPOLOGI
                    DALAM BEBERAPA FASE
Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari empat fase, yaitu:
a. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih 4 abad. Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai “etnografi” (dari kata etnos berarti bahasa.
 
b. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)
Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap “primitiv” yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi.

c. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)
Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.


Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.
  
       d. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)
Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik. Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya. Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) setelahPerang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.
Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:
1. Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya.
2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan
Lahirnya Ilmu Antropologi
Antropologi adalah suatu ilmu sosial yang pemaparannya mengenai sejarah pembentukan antropologi tetap penting dibicarakan. Kebanyakan antropolog sependapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu cabang keilmuan yang jelas batasannya pada sekitar pertengahan abad kesembilan belas, tatkala perhatian orang pada evolusi manusia berkembang. Setiap antropolog dan ahli sejarah memiliki alas an sendiri-sendiri untuk menetukan kapan antropologi dimulai. Dari sudut pandang “sejarah gagasan”, tulisan-tulisan filsuf, dan peziarah Yunani, sejarawan Arab kuno, peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum, ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya tradisi antropologi.
Sebagai contoh, Alan Bernand (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi adalah ketika konsep “kontrak sosial” lahir, dan persepsi mengenai hakikat manusia, masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan tumbuh dari konsep “kontrak sosial” tersebut. Gagasan ini dalam beberapa hal adalah pelopor dalam teori evolusi.


Perdebatan pada abad ke 18 mengenai asal usul bahasa dan mengenai hubungan antara manusia dengan apa yang kita sebut primate yang lebih tinggi juga relevan, seperti halnya perdeatan pada abad ke 19 antara poligenis (keyakinan bahwa setiap ‘ras’ mempunyai asal usul terpisah) dan monogenis (keyakinan bahwa manusia memiliki asal usul keturunan yang sama, dari adam atau dari makhluk yang disebut dengan kera). Gagasan demikian itu tidak hanya penting sebagai fakta sejarah, tetapi juga karena gagasan itu membentuk persepsi antropologi modern mengenai dirinya sendiri.
Antropologi di Eropa pada abad ke 18 ditandai oleh tiga pertanyaan penting yang diajukan untuk pertama kali dalam bentuk modern selama masa pencerahan di Eropa. Pertanyaan itu adalah:
a. Siapa yang mendefenisikan manusia dalam bentuk abstrak?
b. Apa yang membedakan manusia dari binatang?
c. Dan apa kondisi alamiah dari manusia itu?
Dari pertanyaan itu maka munculah ilmuwan dan tokoh-tokoh dalam pengembangan kehidupan manusia, sehingga disebut dengan ilmu antropologi yang kita kenal sampai sekarang.
Antropologi pada abad ke 19 dan abad ke 20, berkembang dalam arah yang lebih sistematik dan menggunakan peralatan metedologi ilmiah. Persoalan paradigma menjadi semakin penting karena masih mempertanyakan pertanyaan–pertanyaan diatas. Dan samapi saat sekarang ini para ilmuwan dan tokoh-tokoh masih mengembangkan pemikiran mereka dalam dunia ilmu antropologi ini.
BERKEMBANGNYA ILMU ANTROPOLOGI
Dalam arti tertentu, praktik antropologi dimulai begitu manusia mulai berfikir tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan untuk membandingan diri mereka sendiri dengan masyarakat-masyarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka.
Ahli sejarah Yunani, Herodotus (484-425 SM) menghabiskan bertahun-tahun untuk melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan menuliskan gambaran terperinci tentang pakaian, panen, etiket dan ritual dari orang-orang yang ia jumpai. Ibn Khaldun (13326-1406) adalah seorang ahli politik dan sejarah yang tinggal beberapa tahun. Ia menghasilkan karya ilmiah yang menakjubkan, karena mengelompokkan orang-orang yang diamatinya menjadi dua kelompok masyarakat, yaitu suku Bedouin yang dianggap liar, nomaden serta agresif, dan masyarakt kota yang menetap, berpendidikan dan kadang-kadang korup, yang menggantungkan hidup mereka pada pertanian lokal.




Antropologi mengemuka setelah melewati serangkaian perkembangan yang kompleks, dan saat ini mencakup minat-minat dan bidang-bidang ilmu yang sangat beragam. Kita akan meninjau beberapa diantaranya untuk memahami bagaimana antropologi sampai saat pada perkembangannya saat ini.
Setidaknya sejak abad kelima belas, dengan dilengkapinya pe;ayaran-pelayaran besar untuk menemukan dan menaklukan wilayah baru, muncul berbagai perdebatan tentang sifat dan adat istiadat orang-orang biadab yang digambarkan oleh orang pelaut dan pedagang. Di akhir abad keenam belas sastrawan Perancis, Michael De Montaigne (1533-1529), memadukan pengetahuannya tentang karya-karya penulis klasik seperti Xenophon, Lucretius dan virgil dengan penjelajahan-penjelajahan dunia baru.
Selama zaman pertengahan, makhluk didunia dikelompokkan kedalam beberapa ordo yang statis, diciptakan oleh tuhan yang disebut rantai kehidupan (chain of being). Pada abad ketujuh belas dan delapan belas ‘Rantai’ tersebut kerat teramati dalam kondisi-kondisi yang lebih dinamis. Dengan demikian, kebudayaan dapat dianggap sebagai kemajuan, dengan masyarakat eropa sebagai titik puncak perkembangan, baik secara moral maupun cultural.
Antropologi menjadi sebuah subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad kesembilan belas, sebagian besar memusatkan perhatian pada penelitian sifat-sifat fisik, bahasa dan budaya masyarakat yang belum beradab. Sir Edward Tylor menjadi dosen antropologi di Oxford pada tahun 1884, maka mulai disinilah antropologi dikembangkan diberbagai Negara. Hampir disepanjang abad kesembilan belas, status pasti antropologi mencakup segala hal, mulai dari mengukur bentuk dan ukuran kepala sampai mengumpulkan artefak untuk mengisi museum-museum dikota-kota yang kaitannya dengan sains, terutama zoology dan biologi.
Goerge Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika membedakan perilaku banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non Eropa, secara jelas gambaran yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang bukan saja terasing secara geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari seorang pria Victoria; berkulit putih, menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan mendekati sifat saleh). Gagasan itu jelas menggambarkan evolusi budaya, sebuah gagasan yang berhasil menjadi sebuah teori dominan di abad kesembilan belas.
Gagasan ini didukung oleh hasil penelitian beberapa disiplin ilmu, bukti-bukti geologi menunjukan bahwa bumi lebih tua daripada yang diungkapkan oleh injil, sementara penemuan-penemuan arkeologi seperti peralatan yang ditemukan di tanah berlumpur Denmark dianggap mendukung teori yang menyatakan bahwa umat manusia telah melewati berturut-turut, zaman-zaman batu, perunggu, dan besi. Para ilmuwan mulai mencari penjelasan-penjelasan ilmiah dan bukan lagi penjelasan teologi untuk memahami perbedaan perkambangan antara Negara-negara dengan peradaban barat dengan masyrakat yang secara teknologi dan budaya dianggap lebih primitif.


Pada tahun 1896 ahli antropologi Franz Boas (1858-1942) menerbitkan sebuah makalah yang berjudul The Limitations Of The Comparative Method Of Anthropology. Dua kalimat terakhir dalam tulisannya mengatakan “sampai saat ini kita masih terlalu senang tingkah laku aneh yang cerdik. Kerja nyata masih didepan kita”, yang ia maksud dengan kesenangan adalah kesenangan dari banyak ahli evolusi, yang menurut Boas, riset mereka pada hikikatnya rasis dan hanya ditunjang oleh sedikit bukti saja.
Banyak karya-karya Boas yang diterima oleh pakar antropologi lainnya, sehingga mereka melihat tanda-tanda awal perpecahan minat antara para ahli antropolgi Amerika dan Inggris. Pengikut Boas di Amerika, seperti ilmuwan A.L. Kroeber (1876-1960) dan R. Lowie (1883-1957) meneruskan dengan melakukan penelitian sejarah, sekaligus memusatkan perhatian pada analisis budaya.
Tokoh-Tokoh Antropologi
Para tokoh antropologi dalam fase pertama dari perkembangannya sudah tentu belum ada, Karena pada waktu itu belum ada ilmu antropologi. Namun ada penjelasan tentang manusia dan kebudayaan suku-suku bangsa yang tinggal diluar benua Eropa. Para pengarang etnografi kuno ada dari berbagai golongan antara lain:
1. Golongan musafir adalah A. Bastian, seorang dokter kapal berbangsa jerman yang telah keliling ke berbagai benua pada permulaan abad ke-19. diantara catatan-catatan perjalanannya mengenai berbagai daerah tertentu di Afrika Barat, India. Cina, Australia, Kepulauan Osenia, Meksiko, dan Amerika latin. Ia pernah menulis tiga jilid etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia.
2. Golongan penyiar agama Nasrani sangat banyak jumlahnya, cukup disebut seorang saja sebagai contoh, ialah J.F. Lafitau, seorang pendeta agama Katolik bangsa perancis yang pernah berkerja di daerah sungai St. Lawrance (Amerika Utara dan Kanada Timur), sebagai penyiar agama dan menulis sebuah etnografi yang klasik (1724) tentang kebudayaan suku-suku bangsa India yang hidup didaerah sungai tersebut.
3. Golongan Eksplorasi adalah N.N. Miklukho-Maklai, seorang bangsa Rusia yang banyak mengenbara di daerah Oseania di Lautan Teduh, dan yang pernah mengunjungi Papua Nugini dan Irian Jaya.
4. Golongan pemerintah-pemerintah jajahan adalah T.S. Raffles, yang pernah menjabat sebagai Letnan Gubernur Jendral di Indonesia antara tahun 1811 dan 1815.
5. Tokoh dari sarjana antropologi pada abad ke-19 adalah L.H Morgan, seorang serjana hokum bangsa Amerika yang berkerja sebagai pengacara.




6. P.W. Schmidt, seorang serjana antropologi berbangsa Austria.
7. Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga adalah B. Malinowski, yang telah menulis banyak buku antropologi.
8. Tokoh sarjana antropologi dalam fase perkembangannya yang keempat adalah F. Boas yang mula-mula adalah ahli geografi bangsa jerman, kemudian menjadi warga Negara Amerika, yang dianggap sebagai tokoh pendekar antropologi pada masa kejayaannya.
9. Ruth Benedict, Margaret Mead dan R. Linton adalah tokoh antropologi wanita yang lebih mengarah tentang antropologi psikologi.
10. A.R Radcliffe-Brown adalh tokoh antropologi yang mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik yang kemudian menjadi sub ilmu antropologi social.
11. R. frith adalah tokoh yang menggunakan metode-metode antropologi dalam hal analisis, yang bisa disebut antropologi terapan.
Banyak sekali tokoh-tokoh yang berperan penting dalam dunia perkembangan ilmu antropologi, karena antropologi tidak hanya berkembang di Negara-negara Eropa saja, akan tetapi ilmu ini berkembang ke Negara-negara Asia, Afrika, Amerika dan lain sebagainya. Sehingga dengan berkembangnya ilmu ini di Negara-negara tersebut banyak tokoh-tokoh yang ikut campur dengan pemikiran-pemikiran mereka sehingga ilmu antropologi semakin lama semakin luas kajiannya.
Cabang-Cabang Antropologi
Dalam buku “Anntropology”, William A. Haviland (1985:12) membahas antropologi yang secara garis besar terdiri empat cabang yaitu:
1. Antropologi Fisik
2. Antropogi Budaya (Arkeologi, Linguistik, dan Etnologi).
Dari keempat bagian tersebut Haviland kemudian menjabarkannya ke dalam berbagai bagian yang meliputi; Evolusi Biologi Umat Manusia, Evolusi Kultural Uma Manusia, serta Kebudayaan dengan segala macam aspeknya seperti komunikasi, pengasuhan anak, poa pengidupan, sistem perekonomian, perkawinan dan keluarga, kekerabatan dan keturunan, organisasi politik dan pengendalian social, agama, kesenian, dan perubahan kebudayaan.





Antropologi Fisik
Antropologi fisik (antropologi ragawi) adalah bagian dari antropologi yang memusatkan perhatiannya kepada manusia sebagai organisme biologis yang berkembang dan hendak ditentukan bagaimana dan apa sebabnya bangsa-bangsa berbeda menurut keadaan fisiknya. Salah satu yang menjadi perhatian antropologi fisik adalah evolusi manusia (Haviland, 1985:12 dan Ihromi, 1994:5). Dua pertanyaan yang menyolok dari cabang antropolohgi fisik adalah:
a. Tentang munculnya manusia, dan perkembangannya kemudian (paleontology manusia)
b. Mengenai bagaimana dan apa sebabnya manusia masa kini secara biologis berbeda (variasi manusia)
Antropologi Budaya
Antropologi budaya meliputi etnologi, linguistic, dan arkeologi. Yang ketiganya berhubungan langsung dengan kebudayaan manusia. Berikut kan di bahas satu persatu:
a. Etnologi
Atau dikenal dengan ilmu bangsa-bangsa. Etnologi menurut Haviland (1985:17) adalah cabang dari antropologi budaya yang memusatkan perhatian terhadap kebudayaan-kebudayaan zaman sekarang. Sub disiplin ini lebih mengkhususkan diri kepada prilaku manusia sebagaimana yang dapat disaksikan, dialami, dan didiskusikannya dengan orang-orang yang kebudayaannnya hendak dipahami. Sementara itu, menurut Ihromi (1994:10) berpendapat bahwa seorang ahli etnologi berusaha memahami bagaimana perbedaan dari cara berpikir dan cara berlaku yang sudah membaku pada orang-orang masa sekarang dan masa lalu, serta memahami sebab-sebab dari perbedaan itu. Dengan kata lain etnologi mempelajari pola-pola kelakuan seperti adat istiadat perkawinan, struktur kekerabatan, sistem politik dan ekonomi, agama, cerita-cerita rakyat, kesenian dan musik.
Serta bagaimana perbedaan diantara pola-pla itu dalam berbagai masyarakat masa kini. Selain itu etnologi juga mempelajari dinamika kebudayaan tersebut dan kebudayaan lain saling mempengaruhi termasuk juga interaksi antara berbagai kepercayaan dan cara-cara melaksanakannya di dalam suatu kebudayaan dan pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang.






b. Linguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa-bahasa. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu tentang bahasa ini agak lebih tua dibandingkan dengan antropologi. Kedua disiplin tersebut menjadi amat erat hubungannya, karena ketika para ahli antropologi melakukan penelitian lapangan, mereka meminta bantuan tenaga-tenaga ahli bahasa untuk mempelajari bahasa-bahasa primitive. Terdapat perbedaan antara ahli linguistic dengan ahli-ahli bahasa yang lain. Ahli linguistic lebih tertarik pada sejarah dan struktur bahasa-bahasa yang tidak tertulis. Pusat perhatian demikian memerlukan tekhnik analisa dan penelitian yang lebih las jenisnya dibandingkan dengan yang digunakan oleh para ahli bahasa yang lain.
Lebih jauh ahli linguistic juga tertarik untuk mempelajari timbulnya bahasa selama masa yang lalu dan juga pada variasi bahasa pada masa kini, sehingga dapat dikatakan bahwa ahli antropologi linguistic mempelajari timbulnya bahasa dan bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa-bahasa selama dalam jangka waktu berabad-abad. Ketika antropologi linguistic tertarik mengenai bagaimana terjadinya perbedaan bahasa-bahasa sekarang, khusunya sehubungan dengan konstruksi dan cara penggunaannya, maka kemudian berkembang cabang ilmu bahasa deskriptif. Secara rinci, ilmu mengenai konstruksi bahasa disebut ilmu bahasa struktual, dan ilmu yang mempelajari bagaimana bahasa dipergunakan dalam logat sehari-hari disebut sosialinguistik atau etnolinguistik.
c. Arkeologi
Arkeologi menurut Havilland (1985:14) adalah cabang antropologi budaya yang mempelajari benda-benda dengan maksud untuk menggambarkan dan menerangkan perilaku manusia. Sebagian besar perhatian dipusatkan kepada masa lampau, karena apa yang tertinggal di masa lampau seringkali hanya berupa benda dan bukan gagasan. Ahli arkeologi mempelajari alat-alat, tembikar, dan peninggalan lain yang tahan lama, yang masih ada sebagai warisan dari kebudayaan yang telah punah. Atau dengan kata lain menurut Ihromi (1994:7) berusaha mengkonstruksikan dan menyusun kembali cara hidup sehari-hari dan adat istiadat dari bangsa-bangsa masa prasejarah, serta menelusuri perubahan kebudayaan dan mengajukan keterengan tentang kemungkinan sebab dari perubahan kebudayaan itu.
Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya yaitu:
·                 Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi manusia melalui bukti fosil-fosil.
·                 Somatologi adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.
·                 Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan melalui analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs arkeologi.
·                 Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada lingkungannya (mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan perspektif ekologis dan evolusi. Studi ekologi manusia juga disebut dengan studi adaptasi manusia, atau studi tentang respon adaptif manusia (perkembangan fisik, fisiologi, dan genetik) pada tekanan lingkungan dan variasinya.


·                 Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan (misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau juga bukti-bukti stres pada fisik.
·                 Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia. Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam rangka memahami variasi fisik manusia. Pada saat ini, antropometri berperan penting dalam desain industri, desain pakaian, desain industrial ergonomis, dan arsitektur di mana data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dalam populasi digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan digunakan konsumen.
·                 Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur tulang, elemen-elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi, penyakit, patologi, dsb. Osteologi digunakan dalam menganalisis dan mengidentifikasi sisa-sisa tulang (baik kerangka utuh mau pun yang telah menjadi serpihan) untuk menentukan jenis kelamin, umur, pertumbuhan dan perkembangannya, sebab kematian, dan lain sebagainya dalam konteks biokultural.
·                 Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates). Primatologi mengkaji perilaku, morfologi, dan genetik primata yang berpusat pada homologi dan analogi dalam mengambil kesimpulan kenapa dan bagaimana ciri-ciri manusia berkembang dalam primata.
·                 Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal (hukum), biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia, paleopatologi, dan osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA, dan militer) untuk menganalisis kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar, rusak, terpotong-terpotong karena mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi) atau dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).
·                 Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein dalam melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam menentukan suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari wilayah mana (geographical origin).Antropologi Sosial BudayaSunting
Antropologi sosial merupakan studi yang mempelajari hubungan antara orang-orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-beda. Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri) dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat. Dalam praktiknya tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara Antropologi Sosial dan Antropologi Budaya, dan bahkan sering saling tumpang tindih di antara keduanya.


Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.
·                 Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.
·                 Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
·                 Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.
                         ANTROPOLOGI AGAMA
Antropologi Agama adalah salah satu cabang ilmu yang banyak mendapatkan perhatian para pakar ilmu sosial.
 Cabang ilmu Antropologi Agama ini diyakini oleh banyak pakar sebagai salah satu alat studi yang akurat dalam melihat reaksi antara agama, budaya, dan lingkungan sekitar sebuah masyarakat.
 Antropologi agama menunjuk kepada suatu penghubung yang unik atas moralitas, hasrat, dan kekuatan dengan dikendalikan dan kemerdekaan, dengan duniawi dan asketisme, dengan idealis dan kekerasan, dengan imajinasi dan penjelmaan, dengan imanensi dan transendensi yang merupakan sisi dunia manusia yang berbeda dengan makhluk lain.
 Tradisi ilmu antropologi memahami dunia-dunia agama tidak sepenuhnya sebagai fenomena objektif dan juga tidak sepenuhnya sebagai fenomena subjektif, namun sebagai sesuatu yang berimbang dalam memediasikan ruangan sosial atau budaya dan sebagai yang terlibat dalam suatu dealiktika yang memberikan objektivitas sekaligus juga subjektivitas.
 Perhatian ahli antropologi dalam meneliti agama ditunjukan untuk melihat keterkaitan faktor lingkungan alam, struktur sosial, struktur kekerabatan, dan lain sebagainya, terhadap timbulnya jenis agama, kepercayaan, upacara, organisasi keagamaan tertentu.
Agama menyakinkan bahawa manusia 100% diciptaan oleh Allah Sang pencita alam semesta, bahwa manusia itu mempunyai akal dan pengetahuan yang berasal dari Allah itu sendiri.dapat kita lihat dalam Alkitab ( kj:26-27 ).







BAB IV PENUTUP

        C. Kesimpulan
Pengertian antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Latar belakang antropologi terbagi ke dalam 4 fase, yaitu fase pertama terjadi sebelum tahun 1800, fase kedua berlangsung pada pertengahan abad ke-19, fase ketiga berlangsung pada permulaan abad ke-20 dan fase ke empat sesudah 1930, pada fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas.
Konsep dasar dalam antropolgi budaya adalah budaya yaitu hasil karya, karsa, rasa, cipta dari munusia; ras;suku bangsa; dan sistem kekerabatan.

        D. Saran

Demikianlah makalah ini tim penulis sajikan, apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan. Tiada gading yang tak retak, tiada manusia tanpa ada kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA


Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Fauzi Muzaham. 1995. Sosiologi Kesehatan.Universitas Indonesia(UI-Press), Jakarta.

Foster dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Universitas Indonesia(UI-Press), Jakarta.
Rusdi Muchtar.1994.Manusia dan Lingkungan.JurnalNo.4, 1994Fauzi

Muzaham.1995.Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan.UniversitasIndonesia,Jakarta.AhimsaPutra, Heddy Shri.2007.







Etnosains:Paradigma Fenomenologis untuk Revitalisasi Kearifan Lokal.
Yogyakarta:LPPM UGM.Rina Anggorodi. 2009. Makara Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni2009. Universitas Indonesia, Depok.Djoht, Djekky R.2001“Kebudayaan,


PenyakitdanKesehatan di Papua dalam Perspektif Antropologi Kesehatan” dalam Buletin Populasi Papua, Vol. II.No.4 November 2001. Jayapura. PSK-UNCENA.E. Dumatubun.2002.KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA
DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN”, Antropolgi Papua,
Volume 1. No. 1, Agustus 200. Universitas Cendrawasi.


Iwan Hadibroto & Syamsir Alam. 2006.
Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer. VITAHEALTH. PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.Faisal, Sanafiah. 1990. Format-format Penelitian Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.Hilman Hadikusuma. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung.
Mandar Maju. Bandung.

BPS Lampung Utara. 2011. Lampung Utara Dalam Angka. LampungParadigma sehat.
Departemen Kesehatan RI, 1998
BPS Lampung. 2011. Lampung Dalam Angka. Lampung 95 Ahimsa-Putra, Hedi Shri. 1995. “Bahasa, Sastra dan Kearifan Lokal diIndonesia”. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya,UGM.

Ridwan, Nurma Ali. 2010. “Landasan Keilmuan Kearifan Lokal”. http://www.nusantaraonline.com.

Daeng, H.J. 2008. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Tinjauan Antropologis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bruce, M. 2007. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.B, Dwita Hadi Rami. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar